Program belajar dari rumah yang berkepanjangan akibat pandemi virus corona membuat sejumlah orang tua murid, terutama dari kelas sosial ekonomi bawah, gusar.
Pasalnya, agar program pembelajaran online atau daring berjalan efektif, mereka membutuhkan telepon pintar dan koneksi internet yang mumpuni.
Namun hal tersebut tidak dimiliki oleh Muhammad Marcel (8 tahun), yang kini duduk di kelas 2 SD. Banyak kendala yang Marcel hadapi untuk sekolah online, karena orang tuanya tidak memiliki telepon pintar yang memadai membuat ia harus mengambil tugas pelajaran ke rumah gurunya seminggu sekali dan mengumpulkan tugas yang sudah dia kerjakan seminggu kemudian dengan mengantarkannya ke rumah gurunya.
Marcel tinggal bersama ibu dan ayahnya di sebuah rumah kontrakan kecil. Ayahnya tidak bekerja karena sudah lanjut usia sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan gaji Rp. 600.000/bulan.
Hal serupa juga dirasakan oleh Agustina, anak kelas 1 SMP yang tinggal dengan keluarganya di sebuah rumah petak. Ayahnya sudah tidak bekerja karena mengalami stroke sejak tiga tahun yang lalu. Ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan gaji Rp. 800.000/bulan.
Agustina anak yang rajin dan berprestasi. Beberapa kali dia mendapat juara 2 lomba Da’i antar sekolah dan juara 2 lomba mendongeng tingkat sekolah. Untuk sekolah online atau sekolah dari rumah, Agustina meminjam telepon pintar kakaknya karena dia tidak memiliki telepon pintar sendiri dan kendala yang sering dialami adalah ketika keluarga mereka tidak memiliki uang untuk membeli kuota atau pulsa untuk Agustina mengikuti sekolah online.
Dan masih banyak lagi anak-anak kita yang mengalami kesulitan dalam proses belajar ditengah pandemi ini, akibat keterbatasan fasilitas yang memadai. Menyikapi kondisi tersebut, Human Initiative menginisiasi program “Rumah Belajar Online” sebagai salah satu solusi untuk membantu mereka agar tetap bisa belajar dengan baik dan nyaman.
Ayo Bantu Mereka agar Tetap Bisa Belajar !